Still . . .
Kosong! Kata itu yang selalu terlintas di pikiran, ketika
kulihat layar HP yang tak berkedip menandakan tak ada 1 sms pun yang
menghampiriny. Dulu, aku tak suka dengan kata itu, karena setiap detik selalu
saja ada yang menyapa dan menemaniku. Dia, dia selalu ada untukku, mengajakku
bercanda tawa dalam setiap gurauan itu. Selalu bisa membuatku tersenyum. Namun,
itu dulu sebelum kejadian dan kata-kata itu meluncur dengan indahnya dari
speaker handphone ku.
PUTUS! Awalnya aku takut untuk mengakuiny, aku merasa
kalah. Hari-hari ku terasa kosong, dan sejak saat itu kesunyian HP pun ikut
mewarnai hari-hari ku yang suram. Pelajaran yang ku terima di sekolah, bagaikan
angin yang berhembus kencang tepat di depan mukaku. Berlalu begitu saja. Hingga
puncak ujian semester 1, semua hancur! Nilaiku, sifatku, dan semua
kepribadianku berubah 180 derajat! Nilaiku menurun drastis! Namun
aku masih bisa bersyukur kepada Sang Kholiq, karena aku tidak tercantum dalam
salah satu anak yang terkena short semester. Sifatku menjadi kasar, suka
berontak, dan beberapa perilaku jelek lainnya. Huftt, lagi-lagi aku
menggoreskan luka di hati kedua malaikatku.
Dua bulan berlalu, keadaanku tak juga membaik, parahnya
lagi sekarang ku mulai tak percaya dengan yang namanya ‘kaum adam’! Di benakku
sudah terukir bahwa setiap ‘kaum adam’ itu sama!
Hahahaha! Konyol memang. Dulu aku selalu menertawakan
orang yang terluka karena cinta. Ternyata sekarang aku mengalaminya. Sekarang
aku bisa merasakan semua. Hal-hal yang membuat seluruh hidupku berantakan.
Cinta memang bisa membuat kita serasa terbang ke awan tanpa sayap. Namun
beberapa saat kemudian kita akan segera tersadar dan dengan cepat kita akan
merasakan sakitnya jatuh ke bumi dengan ketinggian tertentu.
Kembali pada kenyataan yang ada. Bip .. bib .. bib ..
Handphone ku bergetar, akhirnya ada juga sms yang datang menghampirinya.
‘Aku
kangen kamu, aku rindu masa-masa kelas 3 Smp kita dulu’
Sender:
_kau_
+62877555xxxxx
Yes! Aku menang. Aku mampu bertahan untuk tidak
mendahuluinya. Hemhh, sekarang aku bingung, aku harus balas apa? Aku akui, aku
memang mampu bertahan tanpa dia, namun hatiku tak dapat berkata lain, aku masih
sayang dia! Secara, aku sudah 2 tahun 2 bualn 4 hari menjalin kisah kasih
dengannya. Akhirnya aku balas sms itu.
‘Ya
aku tau, itu memang masa-masa yang indah walaupun raga kita tak pernah bersatu.
Good luck buat kelas 3 tahun ini’
Sent
to:
_kau_
+62877555xxxxx
Ada rasa senang
terselip di hati ini. Walau beberapa hari yang lalu, aku sengaja membuka profil
facebooknya. Dan kulihat status yang di update akhir-akhir ini, sepertinya dia
sudah menjalin asmara dengan seseorang. 1-0! Nilai telak untukku.
Bib .. bib .. bib
.. bib .. Handphone ku kembali bergetar. Namun kali ini bukan sms, tertulis di
layar handphone ku ‘calling .. _kau_
+62877555xxxxx’. Segera ku angkat panggilan telepon itu.
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
“Bagaimana kabar kamu? Baik kan?”
“Alhamdulillah baik, kamu gimana? Dengar-dengar uda punya
cewek baru ya?”
“Alhamdulillah baik juga. Loh? Kok tau? Darimana?”
Awalnya dia tak mau
mengakuin tentang statusnya tersebut. Namun karena desakanku, dia pun mau
mengakuinya. Obrolan itu pun tetap berlanjut dengan canda tawa yang khas,
layaknya sepasang kekasih yang lama tak bersua. Namun, kali ini kondisinya sudah
berbeda, tak ada hubungan special antara aku dan dia. Aku harus ingat itu!
Tut .. tut .. tut
.. Telepon itu pun terputus setelah diakhiri dengan salam. Entah siapa yang
memulai, namun yang ku ingat sejak kejadian itu handphone ku tak sesepi
biasanya. Kita jadi sering sms-an lagi, bertukar cerita, tapi aku menyadarinya,
aku tetap harus menjaga jarak dengannya mengingat dia telah menjadi milik orang
lain. Rasa sakit itu pasti ada, namun buat apa kita perpanjang lagi, jika rasa
itu tak penting buat kita rasakan lagi.
Hari-hari berlalu
lebih menyiksa batin. Ketika aku harus berpura-pura tersenyum dan tertawa lepas
dikala hati ini menangis. Beberapa temanku pun mengingatkanku. Mungkin mereka
sudah mencapai titik jenuh akan cerita-cerita yang selalu ku suguhkan. Karena
topik dari cerita itu selalu sama, dia!
“Udahlah, kamu gag usah ngarepin dia lagi! Toh dia juga
gag pernah mikirin perasaanmu. Percuma kamu tiap hari berusaha ngikhlasin dia
buat orang lain!” Itu salah satu
kalimat yang terlontar dari bibir mereka. Yang lainnya? Masih banyak lagi.
Rasanya tak mampu kutuliskan satu persatu kalimat itu.
Cinta memang buta!
Cinta juga mampu membutakan mata kita, entah karena apa. Walaupun dia sering
membuat luka hati ini, namun rasa itu tetap ada dan tak bisa berubah. Apakah
ini yang disebut dengan ketulusan cinta? Mungkin iya. Atau mungkin sebuah
kebodohan? I don’t know. It’s so complicated.
Seminggu sebelum
liburan kenaikan kelas. Frekuensi akan komunikasi pun bertambah. Ajakan-ajakan
manis untuk bertatap muka pun meluncur dari bibirnya.
Hari itu pun
datang. Hari dimana kita sepakat untuk bertemu di suatu tempat. Canggung. Itu
hal pertama yang kurasakan saat itu. Namun, dengan berjalannya waktu, suasana
itu mencair dengan sendirinya. Lima jam berlalu. Sungguh terasa sangat cepat
jika kita sedang bersama dengan orang yang dikasihi. Masih ku ingat dengan
jelas, ketika dia berbicara dengan kedua matanya tepat tertuju di kedua mataku.
“Kamu jangan pernah merasa sendiri, karena aku selalu ada
di samping kamu. Walaupun untuk beberapa waktu ke depan, ada beberapa orang
yang mengisi hari-hari ku, namun bisa kupastikan kalau tempatmu di hatiku belum
dan takkan pernah terganti.”
Aku bagai
terhipnotis oleh kalimatnya. Dan aku pun yakin, jika suatu saat nanti aku akan
bisa seluruhnya memiliki hati dan raganya.
Kata orang, mungkin
aku terlalu bodoh untuk selalu menuruti semua kemauan dan laranganyya. Toh
disana dia juga belum tentu menggubris semua omonganku. Buat apa aku bersusah
payah menunggu orang yang tak jelas kapan datangnya. Membuang buang waktu saja.
Sebenarnya aku juga
ingin sepenuhnya menghapus bayang hitamnya dari kehidupanku, melupakan semua
tentangnya. Namun butuh waktu yang sangat lama untuk benar-benar bisa
melakukannya. Sembilan bulan terakhir ini, bayang-bayang dan memori tentangnya
sedikit memudar dalam benak dan ingatanku. Dan ku harap, tidak butuh waktu yang
cukup lama lagi untuk benar-benar meninggalkan semua itu. Aku yakin semua itu
akan indah pada waktunya. Dan Allah tak kan membiarkan hambaNya berlarut larut
dalam kesedihannya.